Rabu, 14 Januari 2009

1 Desember Refleksi HIV/AIDS

Oleh: Karsinah

Tentu masih segar dalam ingatan kita pada 1 Desember lalu kita memperingati hari AIDS se-Dunia. Peringatan ini sebagai refleksi bagi kita semua bahwa begitu banyak keluarga sebangsa kita termasuk dalam ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS). Bukan berarti kita harus menjauhi atau mengucilkan mereka karena ODHA juga manusia yang membutuhkan perlindungan, kasih sayang, dan pengakuan sesama.

Walaupun sangat membahayakan dan dapat menimbulkan kematian; namun, dari tahun ketahun jumahnya terus bertambah. Minimnya pemahaman terhadap HIV/AIDS membuat masyarakat berpersepsi HIV dan AIDS adalah penyakit berbahaya yang menular. HIV dan AIDS adalah dua hal yang berbeda.

“Kita harus membedakan antara HIV dan AIDS. Kadang orang salah persepsi. Padahal keduanya sangatlah berbeda.” Jelas Iskandar, Koordinator Lapangan PKBI KalBar.

HIV adalah Human Immonodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang sel darah putih manusia yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh, sehingga rentan terserang penyakit. Sedangkan AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrom, yaitu suatu keadaan dimana tubuh menjadi mudah terserang penyakit karena kekebalan tubuh sudah rusak oleh virus HIV. Dengan kata lain AIDS adalah tahap lanjut kondisi tubuh akibat adanya infeksi HIV. Orang yang terinfeksi HIV belum tentu dia menderita AIDS. (Centra Remaja Khatulistiwa)

Iskandar menambahkan AIDS bukanlah jenis penyakit tertentu tapi merupakan kumpulan beberapa penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh manusia.

Karena AIDS adalah kumpulan dari beberapa penyakit tentunya sangat berbeda dengan jenis penyakit lain. Seseorang tidak bisa di katakan mengidap AIDS sebelum ada pemeriksaan laboratorium dan hasilnya menunjukan bahwa orang tersebut positif AIDS .

“Satu-satunya jalan adalah melalui pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui status seseorang. Apakah seseorang tersebut positive mengidap HIV/AIDS atau tidak.”

Istilah dalam proses pemerikasaan yaitu VCT (Voluntery Counseling Testing). VCT adalah suatu tahapan dalam pemeriksaan status seseorang positive otau tidak mengenai HIV/AIDS. Dalam proses ini terdapat pre test dan post test. Sesudah dan sebelum tes darah. Counseling ini juga hanya bisa dilakukan oleh seorang counselor yang sudah terlatih.

Iskandar mengatakan kounseling bertujuan agar orang paham. Apabila statusnya positive atau negative setelah test orang bersangkutan telah siap menerimanya. Di Pontianak telah tersedia Klinik VCT yaitu di Centra Remaja Khatulistiwa tepatnya di jalan Sutoyo, depan asrama haji. Semua kerahasiaan terjamin.

Mengenai ciri-ciri ODHA, “ODHA tidak memiliki ciri-ciri. Atau ciri bahwa orang telah terinfeksi HIV dan AIDS. Kecuali penderita telah menderita selama 5-10 tahun. Dan setiap orang berbeda. ODHA yang masih dalam tahap awal bisa jadi terlihat lebih sehat dari orang yang bukan ODHA.” Lanjutnya.

Demikian, ODHA minder dengan pergaulan dilingkungannya. Dan tak jarang pula masyarakat mengucilkannya karena beranggapan mereka akan tertular HIV jika mereka berhubungan dengan ODHA. Meskipun sekedar berdiskusi bersama.

Harus di ingat bahwasannya HIV tidak menular melalui berenang bersama, terpapar batuk atau bersin, gigitan nyamuk atau serangga lain, berbagi makanan dan menggunakna alat makan bersama, memakai toilet bersama, dan bersalaman, pelukan ataupun ciuman.

Seseorang dapat terinfeksi HIV apabila melakukan tranfusi darah atau produk darah tercemar HIV, transplantasi organ tubuh dengan orang terinfeksi HIV, hubungan seksual (HUS) baik yang tidak aman (berganti ganti pasangan) maupun dengan menggunakan kondom (ingat, melakukan hubungan seks bukan dengan pasangan sahnya meskipun menggunakan kondom tidak dibenarkan dalam agama), Penggunaan peralatan tidak steril dan tercemar HIV, jarum suntik, jarum tindik, tato, akupuntur alat pencet jerawat bahkan gunting kuku, penggunaan jarum suntik yang sudah tercemar HIV, termasuk dikalangan penggunana narkoba, dan dari ibu yang HIV positive, lalu melahirkan melalui vagina dan menyusui bayinya (ASI).

Selama kita tidak melakukan hal-hal yang menyebabkan kita terkena HIV maka tidak perlu sungkan untuk berhubungan sosial dengan ODHA. ODHA juga manusia ciptaan Tuhan yang memiliki hak dan kewajiban sama d muka bumi ini. ODHA juga membutuhkan kasih sayang, penerimaan dan perhatian dari lingkungan. Dengan menjauhi justru memberikan efek yang sangat negative terhadap kondisi psikologis ODHA.

Namun demikian setiap orang berisiko terkena HIV. Ada yang memiliki tingkat resiko besar dan tingkat resiko kecil. Tergantung dari perilaku seseorang dan juga pasangannya (jika sudah menikah).

“Seseorang yang dianggap berisiko kecil apabila tidak pernah melakukan hal-hal yang menyebabkan tertular HIV (seperti tertulis di atas-Red.). Sedangkan mereka yang berisiko besar karena melakukan hal-hal yang menyebabkan tertular virus HIV.” Papar Iskandar.

HIV/AIDS Mendominasi Remaja

Meskipun masyarakat mengenal HIV/AIDS sangat berbahaya, justru setiap tahun, jumlah kasus baru HIV AIDS meningkat tajam. Sampai Maret 2007 tercatat angka 14.628 penduduk Indonesia mengidap HIV AIDS (Ditjen PPM& PL Depkes RI). 1 dari 2 penderita HIV dan AIDS adalah remaja berusia 15-29 tahun, dan ada 62 juta remaja Indonesia akan menghadapi ancaman yang sama terhadap epidemic ini.

“Kalimantan Barat sendiri selalu masuk dalam top ten jumlah pengidap HIV dan AIDS.” Tutur Iskandar. “Bahkan Kalimantan Barat pernah meraih peringkat ke enam.” tambahnya.

Di bawah ini disajikan table Jumlah kasus HIV/AIDS di Propinsi Kalimantan Barat yang penulis dapatkan dari selebaran yang dibuat oleh Centra Remaja Khatulistiwa. Data ini bersumber dari Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Barat per Maret 2007. Data ini juga dibedakan berdasarkan factor resiko dan berdasarkan kelompok usia.

Berdasarkan factor resiko

RESIKO HIV (+) AIDS

Homoseksual 116 78

Heteroseksual 554 337

Biseksual 0 2

Perinatal 9 3

Transfuse darah 5 0

Narkoba jarum suntik (IDUs) 206 137

Tak diketahui 97 13

Jumlah 987 570

Berdasarkan kelompok usia

UMUR HIV (+) AIDS

0 – 14 18 2

15 – 19 125 21

20 – 24 116 118

25 – 29 305 227

30 – 34 200 142

35 – 39 105 32

40 – 44 33 19

45 – 49 34 5

50 – 54 0 3

Tak diketahui 1 1

Jumlah 987 570

Dari table tersebut diketahui bahwa usia remaja (15 – 29 tahun) sangat mendominasi dibandingkan dengan yang lain. Mengapa remaja rentan terinfeksi HIV? Karena saat ini, penularan HIV banyak disebabkan oleh pemakaian jarum suntik (lihat table berdasarkan factor resiko) yang tidak steril. Dan yang mengerikan, kasus narkoba di Indonesia sudah melibatkan ± 4 juta orang yang sebagian besarnya adalah remaja. Centra Remaja Khatulistiwa

“Tidak semua pengguna narkoba terinveksi HIV. Apabila orang tersebut bukanlah pengguna narkoba jarum suntik (heroin/putau). Namun mereka tetap masuk dalam orang berisiko kecil. ” kata Iskandar.

Pengguna narkoba jarum suntik (dengan jarum steril) dan bukan jarum suntik tetap harus waspada. Karena naroba dapat melenakan. Dalam kondisi yang tidak stabil menyebabkan orang dapat melakukan sesuatu tanpa pikir panjang. Hubungan seks bisa terjadi. Yang semula berisiko kecil menjadi berisiko besar.

Putus Siklus Penularan HIV/AIDS sekarang!!!

1 Desember sebagai peringatan hari AIDS se- Dunia semoga benar-benar bisa menjadi refleksi kita semua. Bahwasannya HIV/AIDS sangat mengancam kelangsungan generasi penerus bangsa yang kelak akan menjadi pemimpin negeri. Jika para pemuda (remaja) terinfeksi HIV, akan jadi apa pemimpin bangsa kelak?? Kita harus memutus siklus penularan HIV dan AIDS sekarang juga!!!

Demi mewujudkannya, tentu kita tidak dapat berjalan sendiri. Diperlukan peran serta seluruh elemen. Dalam hal ini pemerintah, tokoh agama dan tokoh masyarakat, LSM dan Organisasi masyarakat, masyarakat dan remaja. Selain itu juga usaha yang sungguh-sungguh.

Bagi kita yang sudah mengetahui HIV dan AIDS berarti kita harus bisa melindungi diri dari perilaku berisiko tertular HIV, bersikap wajar, terbuka dan peduli dalam penanganan HIV dan AIDS, dan berbagi informasi seputar HIV dan AIDS dengan sahabta/orang-orang disekitar kita. Semoga.

0 Comments:

Post a Comment